KUDUS, KOMPAS - Pohon jati di petak 1.092 A
Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Temengeng, Bagian Kesatuan Pemangkuan
Hutan (BKPH) Pasar Sore, Kesatuan Pemangkuan Hutan atau KPH Perum
Perhutani Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, dijual dengan harga Rp 1 miliar. Pohon itu menjadi kayu termahal di dunia.
Tinggi pohon Tectona grandis berusia 150 tahun itu sekitar 35 meter, berdiameter 3 meter, dengan keliling batang 6,9 meter.
Selama ini, Perhutani menjual jati dengan kisaran harga Rp 100
juta–Rp 200 juta per pohon dengan asumsi, harga per meter kubik kayu
jati kualitas terbaik Rp 15 juta. Oleh karena itu, penjualan tersebut
tercatat di Museum Rekor Indonesia (Muri) pada 10 Agustus 2007.
Piagam penghargaan dari Muri itu akan diserahkan Direktur Muri Jaya
Suprana kepada Direktur Utama Perum Perhutani Transtoto Handadhari dalam
acara penebangan pohon jati tersebut, 23 Agustus 2007.
"Pohon jati itu sudah mati sejak Mei 2006 karena disambar petir sehingga kalau tidak segera ditebang
akan rusak. Semula, ada yang mau membeli Rp 250 juta sesuai kubikasi.
Kemudian ada pencinta pohon tua dari Jawa Timur, Pak Boby Wibowo,
menawar Rp 500 juta. Kami coba menawar Rp 1 miliar, dia setuju," kata
Transtoto, Selasa (21/8).
Perjanjian jual beli pohon yang dinamakan Jati Wibowo itu sudah
ditandatangani di Jakarta pada 31 Juli 2007. Boby adalah pengusaha
perkayuan asal Ngawi, Jatim. Menurut dia, pohon jati itu akan diproses
menjadi aneka produk mebel berkonsep natural. Pesanan sudah datang dari
sejumlah pembeli di Belanda dan Jerman.
Dengan volume sekitar 24 meter kubik–30 meter kubik, pohon bisa menghasilkan puluhan unit mebel berkualitas tinggi.
Perhutani KPH Cepu mencatat, semula terdapat ratusan pohon jati
berusia rata-rata di atas 100 tahun dengan kualitas nomor satu di petak
1.092 A. Puluhan di antaranya dijarah massa.
Namun, sebagian besar jati di petak 1.092 A dapat diselamatkan.
Petak itu ditetapkan sebagai Monumen Hutan Jati Alam sejak 1975 dan
dijadikan kawasan wisata bernama Gubug Payung.
Pohon jati raksasa juga ditemukan di Padangan, Gundih, Purwodadi,
Kabupaten Grobogan, dan Donoloyo di Solo. Namun, populasinya tinggal
beberapa puluh dengan diameter sekitar dua meter.
Luas hutan jati di Jawa tercatat 1.240.558 hektar atau sekitar 51,73
persen dari total luas kawasan hutan milik Perum Perhutani. Namun, yang
produktif tinggal 494.813 hektar. Sebagian besar areal itu ada di
wilayah Perum Perhutani Unit II Jawa Timur (252.938 hektar), unit I Jawa
Tengah (166.095 hektar), dan unit III Jawa Barat-Banten (78.880
hektar). (SUP/IKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar